Makalah Teori Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Belajar

TEORI  BELAJAR  KONSTRUKTIVISTIK  DAN
PENERAPANNYA  DALAM  BELAJAR

Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran

              Dosen Pengampu   : Drs. H. M. Syahri




Disusun oleh          : Kelompok III
Anggota                 : -  Amiati
                                 -  Wahyu Siswanto
                                 -  Yesi Lestari
Program Studi        : Pendidikan Fisika
Semester                : IIIA
Mata Kuliah           : Belajar dan Pembelajaran




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP NURUL HUDA
SUKARAJA BUAY MADANG OKU TIMUR
2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Belajar”. Makalah ini membahas tentang proses pembelajaran yang terjadi di suatu pendidikan baik secara formal maupun informal. Kami juga menyajikan tentang proses-proses belajar dalam teori belajar konstruktivistik.
Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peserta diskusi pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran’’, Drs. H. M. Syahri yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi penyusunan maupun dari segi materi. “Tidak ada gading yang tak retak”, demikian pula dengan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat membangun, yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.


Sukaraja, Oktober 2012

Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN.............................................................................. .. 1
1.1    Latar Belakang............................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3    Tujuan Makalah............................................................................. 2
BAB II  PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1    Pengertian Teori Konstruktivistik.................................................. 3
2.2    Tokoh Teori Belajar Konstruktivistik............................................ 4
2.3    Proses Mengkonstruksi Pengetahuan............................................. 6
2.4    Proses Belajar Konstruktivistik...................................................... 6
2.5    Evaluasi Belajar Konstruktivistik.................................................. 8
BAB III PENUTUP........................................................................................... 9
3.1    Kesimpulan ................................................................................. .. 9
3.2    Saran............................................................................................ .. 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 10



BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki, yaitu orang-orang yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan dan mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri.
Langkah srategis bagi perwujudan tujuan tersebut adalah adanya layanan ahli kependidikan yang bersifat berhasil dan berdaya guna tinggi. Pendekatan cara belajar siswa aktif di dalam pengelolaan proses pembelajaran yang mengakui peranan siswa di dalam proses belajar adalah landassan yang kokoh bagi terbentuknya manusia masa depan yang diharapkan.
Dalam proses belajar dan mengajar yang harus diperhatikan adalah bagaimana manusia belajar dan bagaimana manusia mengajar. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka memahami cara manusia mengkonstruksi pengetahuannya tentang objek-objek dan peristiwa yang dijumpai selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau peralatan yang dapat membantu memahami pengalamannya. Demikian juga manusia akan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.  Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada dan tersedia sementara orang lain tinggal menerimanya, pengetahuan bukanlah suatau barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut.


1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian teori belajar konstruktivistik?
2.      Seperti apakah ciri dan prinsip dalam teori belajar konstruktivistik?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dalam teori belajar konstruktivistik?
4.      Bagaimana proses teori belajar konstruktivistik?
5.      Bagaimana evaluasi dalam teori belajar konstruktivistik?


1.3     Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar peserta diskusi atau pembaca dapat mengetahui:
1.      Pengertian teori belajar konstruktivistik
2.      Apa saja ciri dan prinsip teori belajar konstruktivistik
3.      Apa tujuan dari teori belajar konstruktivistik
4.      Apa saja kekurangan dan kelebihan teori konstruktivistik
5.      Proses belajar konstruktivistik
6.      Evaluasi dalam teori belajar konstruktivistik




BAB II
PEMBAHASAN


2.1   Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik

Menurut faham konstruktivistik pengetahuan merupakan konstruksi (bentuk) dari orang yang mengenal sesuatu. Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan. Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konseptual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit.

Menurut Tran Vui, Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri. Sedangkan teori konstruktivisme adalah teori yang memberikan kebenaran terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.

Yang terpenting dalam teori konstruktivistik adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Kreativitas dan keaktifan akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa (Suparno, 1997 :81)

Dari beberapa pandangan diatas dapat kami simpulkan, bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna membangun dirinya sendiri.

2.2   Tokoh Teori Belajar Konstruktivistik
Dalam teori belajar konstruktivistik ini, tokoh yang berperan adalah Pieget dan Vygotsky.
Menurut Pieget ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dangan kegiatan asimilasi dan akomodasi. Menurutnya siswa mengkonstruksi pengetahuan dan informasi serta menekan seorang guru memberi sebuah dukungan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan membimbing ketimbang sebagai pengatur dan pembentuk pembelajaran siswa.
Menurut Vygotsky seorang siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Isi dari pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan mereka. Dan seorang guru harus banyak menciptakan kesempatan  bagi siswa untuk belajar dengan teman sebaya dan guru dalam mengkonstruksi pengetahuan bersama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
1.    Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.
2.    Mengutamakan proses.
3.    Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial.
4.    Menanamkan pembalajaran dalam upaya mengkonstruksi mengalaman.

Ciri-ciri teori balajar konstruktivistik
1.    Memberi peluang kepada siswa untuk membina pengetahuan baru.
2.    Menggalakkan ide yang timbul dari siswa untuk digunakan sebagai panduan merancang pengajaran.
3.    Menerima daya usaha siswa.
4.    Dapat mangaji bagaimana siswa belajar menemukan ide.
5.    Membina siswa untuk dapat berdialog dengan sesama siswa dan guru.
Prinsip-prinsip Teori Belajar Konstruktivistik
1.    Pengetahuan dibangun dan dikembangkan oleh siswa.
2.    Pengetahuan tidak dapat dipindah dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar.
3.    Siswa aktif mengkonstruksi secara terus-menerus.
4.    Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.
5.    Mencari dan menilai pendapat siswa.

Tujuan Teori Belajar Konstruktivistik
1.    Adanya motivasi untuk siswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2.    Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari pertanyaannya sendiri.
3.    Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman secara lengkap.
4.    Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivistik
1.    Kelebihan teori belajar konstruktivistik
*       Bisa adanya group atau kelompok, untuk saling berinteraksi
*       Pembelajaran terjadi lebih kepada ide-ide dari siswa itu sendiri

2.    Kekurangan
*       Tidak cocok untuk siswa pasif
*       Siswa belajar secara konsep dasar tidak pada keterampilan dari siswa itu sendiri
*       Tidak memusatkan pada kurikulum yang ada.


2.3  Proses Mengkonstruksi Pengetahuan
Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan indranya, melalui interaksinya dengan objek dan lingkungannya. Misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, atau merasakan, seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah dibentuk, melainkan suatu proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan objek atau lingkungan, pengetahuan dan pemahamannya akan objek dan lingkungan tersebut meningkat lebih terperinci.
Von Galserfeld (dalam Paul, S., 1996), mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu:
1.    Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.
2.    Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan dan kesamaan dan perbedaan.
3.    Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya.
Faktor-faktor yang juga mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan adalah konstruksi pengetahuan yang telah ada, pengalaman, dan jaringan struktur kognitif yang dimilikinya. Keterbatasan pengalaman seseorang pada suatu hal yang akan membatasi pengetahuannya akan hal tersebut.

2.4    Proses Belajar Konstruktivistik
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodaasi. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas. Proses tersebut berupa pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi.
1.    Peranan Siswa (si Belajar)
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempunyai sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu, meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbing.

           2.    Peranan Guru
Dengan belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntun lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.


Peranan kunci guru dalam pendidikan adalah pengendalian yang meliputi:
1.    Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
2.    Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
3.    Menyediakan sistem dukungan yang memberi kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.


2.5    Evaluasi Belajar Konstruktivistik
Evaluasi belajar pandangan konstruktivistik menggunakan goal-free evalution, yaitu suatu konstruksi untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Evaluasi akan lebih objektif jika evaluator tidak diberi informasi tentang tujuan selanjutnya. Jika tujuan belajar diketahui sebelum proses belajar dimulai, proses belajar dan evaluasinya akan berat sebelah. Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahnya pada tugas-tugas autentik.
Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan menstransformasi informasi baru. Pandangan ini tidak melihat pada apa yang dapat diungkapkan atau apa yang dapat diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan cara menjawab soal-soal tes, melainkan pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan dan ditunjukkan.




BAB III
PENUTUP


3.1    Kesimpulan
Teori belajar konstruktivistik adalah teori belajar yang menekan siswa untuk belajar aktif mencari pengetahuan, informasi, dan hal lain yang diperlukan, dengan cara berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan, guna membangun dirinya sendiri. Guru hanya sebagai fasilisator saja yang hanya mengarahkan siswa agar tidak melenceng dari tujuan belajar.

3.2    Saran
Teori ini lebih cocok diterapkan dalam pendidikan yang peserta didiknya remaja dan dewasa, karena dalam usia tersebut sudah adanya kematangan secara fisik maupun fisikis sehingga lebih mudah dalam menerapkannya, dari pada usia anak-anak. Apalagi dalam perkuliahan, teori ini sangat penting dan sering kali diterapkan. Oleh karena itu, kami mengajak pada teman-teman mahasiswa untuk lebih aktif dalam mencari wawasan dan pengetahuan seperti makna dalam teori ini.


DAFTAR PUSTAKA

Usman, Khairul. Implementasi Model Teori Konstruktivisme. http://khairulusman.wordpres.com/2011/10/29/implementasi-model-konstruktivisme-dalam-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 24-10-2012.
El-marosi, Azhar. Teori Belajar Konstruktivisme dan Implementasinya dalam pendidikan. http://azharel-marasy.com/2012/05/10/teori-belajar-konstruktivisme-dan-implementasinya-dalam-pendidikan/. Diakses pada tanggal 23-10-2012.



Comments

Popular Posts