MAKALAH PENGERTIAN DAN OBJEK FILSAFAT ILMU



PENGERTIAN DAN OBJEK FILSAFAT ILMU

Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu     : Sirojul Mutholib, S.Ag.
 
Disusun oleh          : Eka Syiam Sholekhah
NIM                       : 11.84203.012
Program Studi        : Pendidikan Fisika
Semester                : IVB
Mata Kuliah           : Filsafat Ilmu





SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP NURUL HUDA
SUKARAJA BUAY MADANG OKU TIMUR
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Objek Filsafat Ilmu”. Makalah ini membahas tentang objek-objek filsafat ilmu yaitu objek material dan objek formal.
Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah “Filsafat Ilmu’’, Sirojul Mutholib, S.Ag yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi penyusunan maupun dari segi materi. “Tidak ada gading yang tak retak”, demikian pula dengan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat membangun, yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.


Sukaraja, April 2013

Penyusun





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1    Latar Belakang............................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3    Tujuan Makalah............................................................................. 1
BAB II  PEMBAHASAN.................................................................................. 2
2.1  Objek Filsafat Ilmu........................................................................ 2
2.1  Objek Materi Filsafat Ilmu................................................. 2
2.2  Objek Formal Filsafat Ilmu................................................ 3
2.2  Ciri-Ciri Persoalan dan Berfikir dalam Kefilsafatan..................... 5
2.2.1  Ciri-Ciri Persoalan-Persoalan dalam Kefilsafatan................ 5
2.2.2  Ciri-Ciri Berfikir Kefilsafatan.............................................. 6
BAB III PENUTUP........................................................................................... 8
3.1    Kesimpulan ................................................................................... 8
3.2    Saran`............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 9


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Pada hakikatnya, manusia dikenal sebagai makhluk berfikir, sehinggga ingin mengetahui segala sesuatu yang belum diketahui. Hal inilah yang menjadikan manusia istimewa dibandingkan makhluk hidup lainnya. Kemampuan berpikir atau daya nalar manusialah yang menyebabkannya mampu mengembangkan pengetahuan, mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus manusia diberikan berbagai pilihan, dalam melakukan pilihan ini manusia berpegang pada pengetahuan.
Berpikir, meneliti dan menganalisa adalah proses awal dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan berpikir, seseorang sebenarnya tengah menempuh satu langkah untuk medapatkan pengetahuan yang baru. Aktivitas berpikir akan membuahkan pengetahuan jika disertai dengan meneliti dan menganalisa secara kritis terhadap suatu objek. Dalam filsafat ilmu terdapat suatu objek filsafat, yaitu objek material dan objek formal. Kedua objek inilah yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang digunakan untuk membentuk suatu pengetahuan.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adala sebagai berikut:
1.      Apa pengertian filsafat ilmu?
2.      Apa sajakah objek-objek filsafat ilmu?

1.3  Tujuan
1.      Melengkapi tugas kuliah yang diberikan oleh dosen pengampu.
2.      Mengetahui tentang pengertian filsafat ilmu.
3.      Mengetahui tentang objek-objek filsafat ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat berasal dari bahasa Yunani (Philosophia) dari kata Philien artinya mencintai dan Sophia artinya bijaksana.  Jadi Filsafat  berarti  cinta kebijaksanaan.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu yang berusaha keras dalam mencari kebenaran, yang mana proses tahap mencari kebenaran ada tiga hal, yaitu:
1)    Manusia bersepikulasi dengan pikirannya tentang semua hal.
2)    Hasil sepikulasi disaring menjadi buah pikiran yang dapat dihandalkan.
3)    Buah fikiran tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran.

Pengertian filsafat menurut para ahli:
a.     Pytagoras ( 572-497 M) ahli filsafat  pertama
Filsafat adalah “lover of wisdom” yang artinya cinta kebijakan, yang memberikan nilai pada manusia. Wisdom  merupakan kegiatan perenungan pada Tuhan. Menurutnya kebijakan yang paling tinggi hanya dimiliki oleh Tuhan.

b.      Al-kindi,  merapakan filosof muslim pertama
Filsafat adalah hakekat dari segala sesuatu sebatas kemampuan manusia.
c.       Al-farabi
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala hakekat dari yang sebenarnya dari segala yang ada.

d.    The Lian Gie
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. (A. Fuad Ihsan: 2010)

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa “filsafat ilmu merupakan ilmu yang menyelidiki segala hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, yang dikupas secara bijaksana dan mendalam sampai mendapatkan hakikat yang sebenarnya”.


2.2  Objek Filsafat Ilmu
Objek filsafat ilmu adalah suatu bahan yang ditelusuri, diteliti, diselidiki atau dipelajari, guna untuk memperoleh pengetahuan baru yang diketahui hakikatnya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Objek filsafat ilmu dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal.
2.2.1 Objek Material Filsafat Ilmu
Objek materi adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penilitian atau pembentukan pengetahuan itu, yang di pandang atau diselidiki oleh disiplin ilmu.
Pengertian objek materi filsafat menurut para ahli:
1)   Louis O. Kattsof
Objek material filsafat adalah segala pengetahuan manusia dan segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. (Surajiyo, 2007)

2)   A. Fuad Ihsan
Objek material filsafat yaitu suatu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara umum. (A. Fuad Ihsan, 2010)

3)   M. Noor Syam
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, phisis maupun nonmateriil abstrak, psikhis.termusuk pula pengertian absrak-logis, konsepsional, spiritual dan nilai-nilai. Dengan demikian objek filsafat tak terbatas. (Surajiyo, 2007)

4)   Dr. Oemar Amir Hoesen
Masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah karena manusia memiliki kecenderungan hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Objek yang tersebut di atas adalah menjadi objek material filsafat. (Surajiyo, 2007)

5)   Drs. H.A. Dardiri
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan.\\

Segala sesuatu yang ada, itu dapat dibagi dua hal, yaitu:
a)    Ada, yang bersifat umum
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ‘ada’ pada umumnya disebut ontologi
b)   Ada, yang bersifat khusus
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ‘ada’ yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu:
-       ‘Ada’ yang mutlak, yang disebut theodicea
-       ‘Ada’ yang tidak mutlak terdiri atas alam (kosmologi) dan manusia (antropologi metafisis). (Surajiyo, 2007)

Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa “Objek material filsafat adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian, atau pembentukan pengetahuan, yang di pandang atau di selidiki, oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan”.

2.2.2 Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan?, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia?. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
1)   Landasan ontologis pengembangan ilmu
Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaah ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuan, yang secara garis besar dibedakan atas dua aliran besar yang sangat mempengaruhi perkembanga ilmu pengetahuan, yaitu materialisme dan spiritualisme. Materialisme adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada suatu hal yang nyata selain materi. Spiritualisme adalah suatu pandangan yang metafisik yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.

Pengembangan ilmu berdasarkan pada meterialisme cendurung pada ilmu-ilmu kealaman dan menganggap bidang ilmunya sebagai induk bagi mengembangan ilmu-ilmu lain. Sedangkan spriritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pengembangan bidang-bidang ilmu lain.
2)   Landasan epistemologis pengembangan ilmu
Landasan epistemologis pengembangan ilmu artinya titki tolak penelaah ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah metode ilmial, yang secara garis besar dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu siklus empiris untuk ilmu-ilmu kealaman dan metode linear untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora.

Cara keraja metode siklus empiris meliputi obsevasi, penerapan metode induksi, melakukan eksperimentasi, verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan, sehingga melahirkan sebuah teori. Adapun cara kerja metode linear meliputi penangkapan indrawi terhadap realitas yang diamati, kemudian disusun sebuah pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi tentang kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan.

3)   Landasan aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan
Landasan aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitanya dengan nilai-nalai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktifitas ilmial senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan (Rizal Mustansyir, dkk, 2001).
Persoalan-persoalan dalam kefilsafatan mengandung ciri-ciri seperti yang dikemukakan Ali Mudhofir (1996), yaitu sebagai berikut:
1)   Bersifat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, dengan kata lain sebagaian besar masalah kefilsafatan berkaitan dengan ide-ide besar. Misalnya; filsafat tidak menanyakan “berapa uang yang Anda habiskan dalam satu bulan?”. Akan tetapi filsafat menanyakan “apa kebahagiaan itu?”.

2)   Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas pengatahuan ilmiah.
3)   Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan bertalian dengan pernilaian, baik nilai moral, estesis, agama, dan sosial. Nilai dalam pengetahuan ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal.

4)   Bersifat kritis, filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.

5)   Bersifat sinopti, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan.

6)   Bersifat implikatif, kalu sesuatu persoalan filsafat sudah terjawab, maka dari jawaban tersebut akan memunculkan  persoalan baru yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh kepentingan-kepentingan manusia.

Berfikir kefilsafatan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu lain. Beberapa ciri berfikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1)   Radikal, artinya berfikir sampai ke akar-akarnya, sehingga sampai hakikat atau substansi yang dipikirkan.

2)   Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia.

3)   Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia.

4)   Koheran dan konsisten. Koheran artinya sesuai kaidah-kaidah berfikir logis. Konsisten artinya taat asas, tidak mengandung kontradiksi.

5)   Sistematis, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.

6)   Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berfikir secara kafilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.

7)   Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yaitu bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius.

8)   Bertanggung jawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir sekalugus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri. (Mustansyir dan Munir, 2001)





BAB III
PENUTUP


3.1    Kesimpulan
Filsafat ilmu merupakan ilmu yang menyelidiki segala hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, yang dikupas secara bijaksana dan mendalam sampai mendapatkan hakikat yang sebenarnya. Dalam filsafat terdapat objek filsafat ilmu yaitu suatu bahan dijadikan tinjauan penelitian oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup segala sesuatu yang ada (baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan) dan yang mungkin ada.


3.2    Saran
Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap saat kita membentuk suatu pengetahuan yang belum kita ketahui. Dari itu timbulah probem-probem yang dipertanyakan hakikatnya, bila sudah diketahui jawabannya akan muncul lagi probem yang lainnya, begitulah seterusnya. Oleh karena itu, mari kita cari pengetahuan sampai ke akar-akarnya agar mengetahui hakikat yang sebenarnya yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.










DAFTAR PUSTAKA


Ihsan, A. Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta      
Surajito. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara





Comments

Popular Posts